Menu

Senin, 26 Mei 2014

Kunjungan Museum



Pada bulan maret  saya dan beberapa teman saya mengunjungi museum gajah atau yang biasa dikenal dengan sebutan Museum Nasional yang berada di Jl. Merdeka Barat 12, Jakarta Pusat. Kunjungan ini di adakan untuk memenuhi nilai dan tugas mata pelajaran sejarah.  Untuk memasuki Museum Gajah, kami harus membayar tiket masuk seharga Rp 1000,00 tiap orangnya. Saat memasuki Museum Gajah, kami langsung melihat banyaknya patung-patung yang terdapat di sekitar pintu masuk. Kami pun berpencar untuk melihat-lihat patung-patung dan artefak-artefak lain yang terdapat di Museum Gajah ini. Disana saya dapat banyak melihat barang-barang kuno lainnya. Saya disini berusaha untuk menjelaskan tentang peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing, karena Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada waktu itu (abad 7 - 15 M). Perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncak kebesarannya sebagai kerajaan Maritim. Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina, India, Arab, dan Persia.
Kerajaan Sriwijaya berpusat di daerah yang sekarang dikenali sebagai Palembang di Sumatra Pengaruhnya amat besar di atas semenanjung Malaysia dan Filipina. Kuasa Sriwijaya merosot pada abad ke-11.Kerajaan Sriwijaya mulai ditakluk berbagai kerajaan Jawa, pertama oleh kerajaan Singosari (Singhasari) dan akhirnya oleh kerajaan Kerajaan Majapahit. Malangnya, sejarah Asia Tenggara tidak didokumentasikan dengan baik. Sumber sejarahnya berdasarkan laporan dari orang luar, prasasti dan penemuan arkaelogi, artifak seperti patung dan lukisan, dan hikayat.  Disini saya akan membahas peninggalan kerajaan sriwijaya yang berupa prasasti yang saya temukan di museum gajah atau museum nasional. Berikut prasasti yang akan saya bahas :
Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (residen Palembang kontemporer) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang dan dikenal sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Keadaan fisiknya masih baik dengan bidang datar yang ditulisi berukuran 50cm × 80 cm. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 Masehi), ditulis dalam aksara Pallawa, berbahasa Melayu Kuna, dan terdiri dari 14 baris. Sarjana pertama yang berhasil membaca dan mengalihaksarakan prasasti tersebut adalah van Ronkel dan Bosch, yang dimuat dalam Acta Orientalia.
Isi prasasti Talang Tuo adalah mengenai pembangunan suatu taman yang luas, Sriksetra, Bukit Siguntang oleh Raja Sriwijaya sebagai hadiah untuk rakyatnya. Selain berisi pesan dari raja, prasasti tersebut juga memuat doa-doa dedikasi untuk kebahagiaan raja Sriwijaya dan kebahagiaan semua makhluk. Doa-doa dedikasi ini masih dijalankan dan diyakini sampai sekarang.
Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah, prasasti pada batu, ditemukan di Palas Pasemah, di tepi Way (Sungai) Pisang, Lampung. Ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuna sebanyak 13 baris. Meskipun tidak berangka tahun, namun dari bentuk aksaranya diperkirakan prasasti itu berasal dari akhir abad ke-7 Masehi. Isinya mengenai kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.

Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Kota Kapur pulau Bangka berangka tahun 608. Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuna, serta merupakan salah satu dokumen tertulis tertua berbahasa Melayu. Prasasti ini merupakan prasasti pertama yang ditemukan mengenai Sriwijaya.
Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu ditemukan pada 1918 dalam aksara Palawa dan berbahasa Melayu yang terdiri dari 18 baris. Prasasti ini merupakan prasasti persumpahan yang dikeluarkan oleh Penguasa Kedatuan Sriwijaya. Dari segi bentuk, prasasti ini mempunyai dua keistimewaan yang sangat jarang dijumpai pada prasasti lainnya. Keistimewaan yang pertama adalah pada bagian atas prasasti ini dihiasi dengan tujuh kepala ular kobra berbentuk pipih seolah-olah memayungi prasasti ini. Keistimewaan yang kedua adalah di bagian bawahnya terdapat sebuat cerat (pancuran) kecil seperti yoni.