Pada bulan maret saya
dan beberapa teman saya mengunjungi museum gajah atau yang biasa dikenal dengan
sebutan Museum Nasional yang berada di Jl. Merdeka Barat 12, Jakarta Pusat.
Kunjungan ini di adakan untuk memenuhi nilai dan tugas mata pelajaran sejarah. Untuk memasuki Museum Gajah, kami harus
membayar tiket masuk seharga Rp 1000,00 tiap orangnya. Saat memasuki Museum
Gajah, kami langsung melihat banyaknya patung-patung yang terdapat di sekitar
pintu masuk. Kami pun berpencar untuk melihat-lihat patung-patung dan
artefak-artefak lain yang terdapat di Museum Gajah ini. Disana saya dapat
banyak melihat barang-barang kuno lainnya. Saya disini berusaha untuk
menjelaskan tentang peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya adalah nama
kerajaan yang tentu sudah tidak asing, karena Sriwijaya adalah salah satu kerajaan
maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada waktu itu (abad 7 -
15 M). Perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncak kebesarannya sebagai
kerajaan Maritim. Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya selain berasal dari
dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina, India, Arab, dan Persia.
Kerajaan Sriwijaya berpusat di
daerah yang sekarang dikenali sebagai Palembang di Sumatra Pengaruhnya amat
besar di atas semenanjung Malaysia dan Filipina. Kuasa Sriwijaya merosot pada
abad ke-11.Kerajaan Sriwijaya mulai ditakluk berbagai kerajaan Jawa, pertama
oleh kerajaan Singosari (Singhasari) dan akhirnya oleh kerajaan Kerajaan
Majapahit. Malangnya, sejarah Asia Tenggara tidak didokumentasikan dengan baik.
Sumber sejarahnya berdasarkan laporan dari orang luar, prasasti dan penemuan
arkaelogi, artifak seperti patung dan lukisan, dan hikayat. Disini saya akan membahas peninggalan kerajaan
sriwijaya yang berupa prasasti yang saya temukan di museum gajah atau museum
nasional. Berikut prasasti yang akan saya bahas :
Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan oleh
Louis Constant Westenenk (residen Palembang kontemporer) pada tanggal 17
November 1920 di kaki Bukit Seguntang dan dikenal sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Keadaan fisiknya masih baik dengan bidang datar yang ditulisi berukuran 50cm ×
80 cm. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 Masehi), ditulis dalam aksara
Pallawa, berbahasa Melayu Kuna, dan
terdiri dari 14 baris. Sarjana pertama yang berhasil membaca dan
mengalihaksarakan prasasti tersebut adalah van Ronkel dan Bosch, yang dimuat
dalam Acta Orientalia.
Isi prasasti Talang Tuo adalah
mengenai pembangunan suatu taman yang luas, Sriksetra, Bukit Siguntang oleh
Raja Sriwijaya sebagai hadiah untuk rakyatnya. Selain berisi pesan dari raja,
prasasti tersebut juga memuat doa-doa dedikasi untuk kebahagiaan raja Sriwijaya
dan kebahagiaan semua makhluk. Doa-doa dedikasi ini masih dijalankan dan diyakini
sampai sekarang.
Prasasti Palas Pasemah
Prasasti Palas Pasemah, prasasti pada batu,
ditemukan di Palas Pasemah, di tepi Way (Sungai) Pisang, Lampung. Ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuna
sebanyak 13 baris. Meskipun tidak berangka tahun, namun dari bentuk aksaranya
diperkirakan prasasti itu berasal dari akhir abad ke-7 Masehi. Isinya mengenai
kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk kepada Sriwijaya.
Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan
di Kota Kapur pulau Bangka berangka tahun 608. Tulisan pada prasasti ini
ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu
Kuna, serta merupakan salah satu dokumen tertulis
tertua berbahasa
Melayu. Prasasti ini merupakan prasasti pertama
yang ditemukan mengenai Sriwijaya.
Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu
ditemukan pada 1918 dalam aksara Palawa dan berbahasa Melayu yang terdiri dari
18 baris. Prasasti ini merupakan prasasti persumpahan yang dikeluarkan oleh
Penguasa Kedatuan Sriwijaya. Dari segi bentuk, prasasti ini mempunyai dua
keistimewaan yang sangat jarang dijumpai pada prasasti lainnya. Keistimewaan
yang pertama adalah pada bagian atas prasasti ini dihiasi dengan tujuh kepala
ular kobra berbentuk pipih seolah-olah memayungi prasasti ini. Keistimewaan
yang kedua adalah di bagian bawahnya terdapat sebuat cerat (pancuran) kecil
seperti yoni.